Uniknya Peringatan Hari Santri Nasional di Pon-Pes Nurul Huda Munjul

Oleh Humairotur Rosyiqoh

Mahasiswi Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2015 



Peringatan Hari Santri Nasional tepat pada tanggal 22 Oktober sudah beberapa tahun belakangan sering dirayakan dengan meriah oleh para santri di penjuru Nusantara. Begitu pun pada tahun ini di tanggal 22 Oktober 2017 para santri di seluruh pondok pesantren ikut memeriahkan peringatan tersebut. Salah satunya Pondok Pesantren Nurul Huda Desa Munjul Kecamatan Astanajapura, Cirebon.

4 komentar:

Pentingnya User Education



Pentingnya User Education dalam penggunaan Perpustakaan

Oleh Humairotur Rosyiqoh
Mahasiswi Prodi Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2015


Perpustakaan merupakan salah satu tempat penyedia informasi yang dapat membantu penggunanya dalam memenuhi kebutuhan informasinya. Salah satu jenis perpustakaan yaitu perpustakaan perguruan tinggi dimana perannya sangat penting dalam menunjang proses belajar dan mengajar civitas akademikanya.
Dalam penggunaan perpustakaan juga tentunya terdapat rule atau peraturan yang harus diperkenalkan kepada pemustaka agar mereka mengetahui cara penggunaan perpustakaan tersebut. Salah satu cara yang digunakan pustakawan dalam memeperkenalkan perpustakaan adalah mengadakan kegiatan user education.

Perpustakaan perguruan tinggi juga melakukan kegiatan user education untuk mempromosikan atau memperkenalkan perpustakaan terhadap civitas akademikanya yang biasanya dilakukan ketika masa orientasi mahasiswa baru. Namun, kegiatan tersebut hanya berlangsung sekitar 30 menit untuk memeperkenalkan perpustakaan dan tata cara penggunaan perpustakaan yang dirasa tidak cukup untuk semuanya.

Ketika user education berlangsung dengan waktu yang singkat, dirasa hanya dapat menjelaskan sejarah singkat berdirinya perpustakaan saja dan ketika menjelaskan tata cara peminjaman, keanggotaan, penelusuran koleksi, memperkenalkan layanan yang ada di perpustakaan hanya penjelasan singkat saja dan tidak maksimal. Padahal semua itu yang diperlukan pemustaka baru dalam penggunaan perpustakaan.

Hal ini tentunya memberikan dampak bagi pihak perpustakaan dan pemustaka. Salah satu contoh perpustakaan yang merasakannya yaitu Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Perpustakaan FITK merupakan salah satu perpustakaan fakultas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perpustakaan ini melayani civitas akademika FITK khususnya, mahasiswa selain FITK, dan umum. Rata-rata perharinya perpustakaan ini dikunjungi oleh lebih dari 200 pengunjung. Untuk dapat mengakses perpustakaannya sangat mudah dan murah yaitu cukup mengisi daftar hadir dan tidak membawa tas ke dalam area koleksi, pemustaka dapat mengakses perpustakaan dengan leluasa dan sesuka hati.

Perpustakaan FITK juga diberi kesempatan untuk memperkenalkan perpustakaan kepada mahasiswa baru FITK yang merupakan salah satu agenda acara dari Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) tahun ini. Namun, sayang sekali dengan waktu yang diberikan sangat singkat untuk memperenalkan perpustakaan dan layanan perpustakaannya, sehingga tidak maksimal dan terkesan terburu-buru karena ingin semua materi tersampaikan.


Gambar 1. Sesi Pengenalan Perpustakaan FITK dalam Acara PBAK FITK 2017

Hal tersebut memberikan beberapa dampak yang dirasakan saat ini oleh Perpustakaan FITK ketika perpustakaan melayani langsung pemustaka baru dan dirasakan juga oleh pemustaka dalam penggunaan perpustakaan. Beberapa dampaknya yaitu sebagai berikut:

1. Setiap hari pustakawan bekerja dengan ekstra untuk melayani pemustaka.

Karena masih banyak pemustaka yang belum mengetahui bagaimana cara meminjam dan mengembalikan buku perpustakaan, mengharuskan pustakawan lebih banyak berinteraksi untuk memberitahukan pemustaka tentang penggunaan layanan perpustakaan dan hasilnya terjadi penumpukan, banyak pemustaka mengantri panjang di depan meja sirkulasi.

2. Katalog Online yang terlupakan

Pengenalan layanan penelusuran yang sangat singkat membuat pemustaka tidak mengingat bahwa terdapat Online Public Access Catalog (OPAC) atau katalog online yang dapat diakses pemustaka dimana saja dan kapan saja untuk penelusuran koleksi perpustakaan. Rata-rata pemustaka langsung memeriksa ke rak buku tanpa mengecek OPAC terlebih dahulu, sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam mencari koleksi dan tidak jarang koleksi yang dibutuhkan tidak ditemukan.

Padahal dengan adanya OPAC pemustaka dapat memeriksa koleksi yang dimiliki perpustakaan dari mana saja dan kapan saja dengan menggunakan gadget sehingga membuat pemustaka tidak perlu repot ketika sudah masuk ke perpustakaan dalam mencari koleksi karena sudah mengetahui berada di rak mana dan nomor panggil koleksinya.

3. Susunan koleksi di rak tidak beraturan

Tidak semua pemustaka mengerti susunan koleksi yang seharusnya diletakkan sesuai dengan nomor panggilnya yang terdiri dari nomor klasifikasi, 3 huruf nama awal pengarang, dan 1 huruf pertama judul dan disusun secara alfabetis. Susunan koleksi yang tidak beraturan merupakan akibat dari kurangnya pemberitahuan tata cara penyusunan koleksi di rak. Banyak kasus yang terjadi seperti, rata-rata pemustaka mengambil buku di rak dan mengembalikan buku tersebut tidak sesuai dengan tempat awal ia mengambil koleksi tersebut, kemudian di letakkan asal misalnya masih di rak tersebut namun hanya di letakkan di atas buku lainnya, atau diletakkannya di rak lain yang dekat dengan tempat ia membaca.


Gambar 2. Kondisi koleksi yang tidak beraturan susunannya

4. Banyak mahasiswa mengabaikan absensi perpustakaan ketika masuk ke perpustakaan.

Absensi dirasa penting bagi perpustakaan karena untuk kepentingan akreditasi perpustakaan. Hanya mengetikkan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) di komputer yang sudah disediakan pemustaka dapat menikmati layanan di perpustakaan. Namun rasa malas masih mengalahkan rasa untuk memberikan dukungan untuk kemajuan perpustakaan. Hal ini mengharuskan pustakawan ekstra memberi peringatan kepada pemustaka yang datang untuk mengisi absensi.

Dari beberapa dampak yeng telah disebutkan di atas, tentunya masih terdapat dampak-dampak lainnya yang dirasakan. Selain karena faktor waktu pengenalan perpustakaan yang singkat, faktor lainnya adalah Sumber Daya Manusia (SDM), kurangnya tenaga pustakawan yang ada di perpustakaan FITK. SDM yang ada tidak sepadan dengan kuantitas pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan membuat pelayanan tidak maksimal. Selain itu juga kurangnya rasa memiliki dari pemustaka sendiri terhadap perpustakaan mengakibatkan beberapa dampak lainnya seperti koleksi banyak yang rusak dan tidak terawat.

18 komentar: